Proposal PTK


UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASIC LEARNING PADA PELAJARAN FISIKA MATERI USAHA DAN ENERGI
KELAS X IPS 1 DI SMAN 2 KOTA JAMBI

Usulan Proposal Untuk Skripsi

Program Studi (S1) Pendidikan Fisika
Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam




Diajukan Oleh
SUMARYANTI
RSA1C315024
 










FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
Januari, 2018




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 3
BAB II KAJIAN TEORETIK
2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan........................... 4
2.2 Kerangka berfikir........................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 15
3.2 Subjek Penelitian............................................................................ 15
3.3 Data dan Sumber Data................................................................... 15
3.6 Teknik Pengumpulan Data............................................................ 16
3.5 Teknik Uji Validitas Data.............................................................. 16
3.7 Teknik Analisis Data..................................................................... 17
3.8 Indikator Capaian Penelitian.......................................................... 18
3.9 Prosedur Penelitian......................................................................... 18
DAFTAR RUJUKAN










BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
       Pendidikan menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 adalah usaha sadra dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menegmbangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penegndalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI, 2007:75). Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Permasalahan mutu pendidikan seringkali dikaitkan dengan merosotnya prestasi belajar yang dicapai siswa. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian hasil belajar diantaranya yang cukup dikenal adalah sifat ilmu itu, pelaksanaan pembelajaran yang kurang baik, dan karakter pembelajarannya.
       Di SMA, mata pelajaran fisika dipelajari sebagai salah satu bidang studi ilmu pengetahuan alam (Sains). Pada bidang studi IPS di SMA pun juga mempelajarinya. Materi fisika yang merupakan konsep dasar dari ilmu fisika yaitu usaha dan energi yang mempelajari usaha-usaha dan energi yang terdapat pada alam.
       Masih rendahnya minat belajar siswa pada fisika di SMAN 2 Kota Jambi yang dibuktikan dengan perilaku mereka seperti ribut, main hp, tidur-tiduran dan tidak memperhatikan guru saat menerangkan merupakan masalah yang harus segera diatasi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan proses pembelajaran yang berlangsung dengan baik. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menitik beratkan pada pengembangan minat perilaku peserta didik dengan didasarkan pada kebutuhan peserta didik itu sendiri, karena belajar aktif harus berpusat pada peserta didik.
       Menciptakan suasana belajar kondusif dan menarik perlu adanya pengemasan model pembelajaran yang menarik. Peserta didik tidak merasa terbebani oleh materi yang harus dikuasai. Jika peserta didik sendiri yang mencari, mengolah, dan menyimpulkan atas masalah yang dipelajari maka pengetahuan yang ia dapatkan akan lebih lama melekat di fikiran. Guru sebagai fasilitator memiliki kemampuan dalam memilih model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis peserta didik. Inovasi model pembelajaran diharapkan akan menciptakan suasana belajar aktif, mempermudah penguasaan materi, peserta didik lebih kreatif dalam proses pembelajaran, kritis dalam menghadapi persoalan, memiliki keterampilan sosial dan mencapai hasil pembelajaran yang lebih optimal. Agar upaya tersebut berhasil maka harus dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik.
       Model pembelajaran yang digunakan guru seharusnya dapat membantu proses analisis peserta didik. Salah satu model tersebut adalah model PBL (Problem Basic Learning). Diharapkan model PBL lebih baik untuk meningkatkan minat siswa sehingga tumbuh rasa ingin tahu, bekerja keras, dan berfikir krtif dalam menuntut ilmu. Keefektifan model ini adalah peserta didik lebih aktif dalam berfifkir terhadap permasalahan yang nyata disekitarnya sehingga siswa mendapatkan kesan yang mendalam dan lebih bermakna tentang apa yang dipelajari. Pembelajaran dengan model PBL menghadirkan situasi nyata kehidupan siswa sehingga siswa tidak bingung dan dapat langsung memahami dan menemukan sendiri solusi dari masalah yang dihadapi. Dengan begitu minat siswa terhadap fisika menjadi meningkat.
            Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Problem Basic Learning Pada Pelajaran Fisika Materi Usaha dan Energi Kelas X IPS 1 di SMAN 2 Kota Jambi”
      
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah model pembelajaran berbasis masalah atau PBL (Problem Basic Learning) dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika materi usaha dan energi di kelas X IIS 1 SMAN 2 Kota Jambi.


1.3  Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar model pembelajaran berbasis masalah atau PBL (Problem Basic Learning) dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran fisika materi usaha dan energi di kelas X IIS 1 SMAN 2 Kota Jambi.
1.4  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.      Bagi siswa, siswa diharapkan dapat meningkatkan minat belajar peserta didik dalam pelajaran fisika
2.      Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam memilih model pembelajaran maupun metode pembelajaran yang tepat, agar dapat meningkatkan minat belajar siswa pada fisika
3.      Bagi sekolah, dapat memberikan sumber pemikiran sebagai alternatif meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya kualitas pembelajaran fisika pada materi usaha dan energi dalam kehidupan dikelas X IIS 1 SMAN 2 Kota Jambi
4.      Bagi peneliti, menamnbahkan wawasan pengetahuan dn keterampilan peneliti, khususnya terkait dengan penelitian yang menggunakan model pembelajaran Problem Basic Learning













BAB II
KAJIAN TEORETIK
2.1 Kajian Teoretik
2.1.1 Minat
Menurut  secara psikologis (Ahmad Susanto, 2016) banyak dipengaruhi oleh perasaan senang dan tidak senang terbentuk pada setiap fase perkembangan merupakan faktor yang beroengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan belajar. Ini dapat diartikan bahwa minat akan berdampak terhadap kegiatan yang dilakakukan seseorang. Dalam hubungannya terhadap kegiatan belajar, minat tertentu dimungkinkan akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan adanya minat siswa terhadap sesuatu dalam kegiatan belajar itu sendiri.
Sardiman dalam (Mulyana,2013:318) mengemukakan bahwa minat merupakan suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat sesuatu ciri atau arti yang memiliki hubungan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini menunjukkan, bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan senang), karena merasa ada kepentingan dengan sesuatu.
Adapun menurut Al-Mighwar (2006:113) minat adalah perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Demikian juga Djaali (2013:121) menjelaskan bahwa minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Menurut Jahja (2015:63) minat memiliki sifat dan karakter khusus, sebagai berikut:
1.      Minat bersifat pribadi (individual), ada perbedaan antara minat seseorang dan orang lain
2.      Minat menimbulkan efek diskriminatif
3.      Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi dan mempengaruhi motivasi.
4.      Minat merupakan sesuatu yang dipelajari buka bawaan lahir dan dapat berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode
Adapun faktor yang meliputi minat, sebagai berikut :
1.      Kebutuhan fisik, sosial, dan egoistis
2.      pengalaman
Adapun indikator minat menurut (Imron, 1996) yaitu:
1.      Perasaan senang
2.      Perhatian dalam belajar
3.      Bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik
4.      Manfaat dan fungsi matapelajaran

2.1.2 Model Pembelajaran PBL (Problem Basic Learning)
A. Pengertian Model Pembelajaran PBL
Menurut (Ni Made Suci, 2008 : 77) Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang direncanakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam mengatur pembelajaran maupun mengatur lainnya. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pembelajaran yang didasarkan kepada psikologi kognitif dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dan lingkungannya. Melalui proses ini siswa akan berkembang secara utuh. Artinya perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi. Model pembelajaran PBL awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh Barrows, Howard (1986) yang kemudian diadaptasi dalam bidang pendidikan oleh Gallagher (1995). Menurut (Amir, 2009:21) Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelesaian yang nyata dari permasalahan yang nyata.


B. Karakteristik Model Pembelajaran PBL
Ida Bagus Putu Aryana dalam Fathurrohman (2008:83) menyebutkan bahwa Problem Basic Learning  juga memiliki karakteristik, dinataranya yaitu sebagai berikut :
1.      Mengajukan pertanyaan atau masalah yang terkait masalah kehidupan nyata
2.      Melibatkan berbagai disiplin ilmu
3.      Melakukan penyelidikan autentik
4.      Menghasilkan produk atau karya serta menkomunikasikannya atau memamerkannya
5.      Kerjasama dalam melakukan penyelidikan

C. Langkah-Langkah Pembelajaran Model PBL
John Dewey seorang ahli pendidikan berkebangsaan Amerika menjelaskan 6 langkah PBL yang kemudian dinamakan metode pemecahan masalah, yaitu:
a.       Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.
b.      Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
c.       Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
d.      Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.
e.       Pengumpulan hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolkan hipotesis yang diajukan.
f.        Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.



D. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran PBL
Menurut (Sanjaya, 2008:221) Model pembelajaran PBL memiliki keunggulan antara lain:
1.      Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
2.      Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
3.      Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
4.      Dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata
Disamping kelebihan, PBL juga memiliki kelemahan, Menurut (Sanjaya, 2008:224) kelemahan itu diantaranya :
1.      Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, maka
mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.      Tidak semua siswa dapat menganalisis permasalahan yang disajikan.
3.      Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu
4.      Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri,
5.      Menggunakan kelompok kecil, dan
6.      Menuntut pebelajar untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk kinerja.

2.1.3 Usaha dan Energi
Pengertian usaha dalam fisika mempunyai definisi yang lebih spesifik dibandingkan dengan pengertian usaha sehari-hari. Bila kita mendorong benda sehingga berpindah tempat, maka dikatakan kita melakukan usaha, tetapi bila benda itu kita junjung di atas kepala lalu bergerak ke depan, maka tidak ada usaha yang kita lakukan pada benda itu, walaupun kita menjadi lemah.
Dalam kehidupan sehari-hari, kata usaha dapat diartikan sebagai kegiatan dengan mengerahkan tenaga atau pikiran untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam fisika, usaha menyangkut tenaga atau energi. Sebagai contoh, saat kita mengangkat suatu benda. Untuk mengangkatnya, kita harus mengeluarkan sejumlah energi atau tenaga. Untuk menarik benda kita juga mengeluarkan energi. Usaha memiliki definisi khusus dalam fisika. Gambar 2 menunjukkan gaya F menyebabkan benda bergerak sejauh s. Jika benda diberikan gaya sebesar F sehingga benda berpindah sejauh s, usaha yang dilakukan oleh gaya F didefinisikan sebagai
Keterangan :
F    = gaya (N)
s       = perpindahan (m)
W = usaha (Nm = joule)




Gambar 2. Gaya F menyebabkan benda bergerak sejauh s.
Gambar 3 menunjukkan gaya F yang bekerja pada benda dengan membentuk sudut θ terhadap perpindahan s. Besar usaha yang dilakukan gaya tersebut dinyatakan dengan persamaan :
Keterangan:
F = gaya (N)
S = perpindahan (m)
W = usaha (Nm = joule)
 = sudut antara gaya dan perpindahan benda ( )




Gambar 3.  Gaya F membentuk sudut θ terhadap perpindahan s
B. Energi
Secara umum dapat dikatakan bahwa energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu sistem (manusia, hewan, benda) dikatakan mempunyai energi jika mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha.
B. Energi
1)      Energi Potensial
Suatu benda dapat menyimpan energi karena kedudukan atau posisi benda tersebut. Sebagai contoh, suatu beban yang diangkat setinggi h akan memiliki energi potensial, sementara busur panah yang berada pada posisi normal (saat busur itu tidak direnggangkan) tidak memiliki energi potensial. Dengan demikian, energi potensial adalah energi yang tersimpan dalam suatu benda akibat kedudukan atau posisi benda tersebut dan suatu saat dapat dimunculkan.
Energi potensial terbagi menjadi tiga, yaitu energi potensial konstan, energi potenisal gravitasi newton, dan energi potensial elastis. Energi potensial gravitasi ini timbul akibat tarikan gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda.
a.       Energi Potensial Gravitasi Konstan
Energi potensial gravitasi konstan didefinisikan sebagai:

Keterangan:
Ep = energi potensial (joule)
M = massa benda (kg)
α = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
t = tinggi benda (m)



b.      Energi Potensial Gravitasi Newton
Energi potensial gravitasi newton adalah energi potensial gravitasi antara dua benda angkasa. Energi ini dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
Ep = Energi potensial gravitasi
G = gravitasi
M = massa planet
m = massa benda
r = jari-jari

Tanda negatif dalam persamaan menunjukan bahwa untuk memindahkan suatu benda dari posisi tertentu ke posisi lain yang jarak nya lebih jauh dari pusat planet diperlukannya energi. Gambar 4 menunjukkan benda yang memiliki energi potensial gravitasi pada ketinggian tertentu.




Gambar 4. Benda yang memiliki Ep gravitasi pada ketinggian tertentu.

c. Energi Potensial Elastis
Energi potensial elastis adalah energi yang tersimpan di dalam benda elastis karena adanya gaya tekan dan gaya regang yang bekerja pada benda. Besar usaha yang dilakukan oleh gaya pegas itu dituliskan dengan persamaan :


2)      Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya. Anak panah yang lepas dari busurnya memiliki energi kinetik sehingga anak panah dapat melakukan usaha, yaitu menancap pada target. Energi kinetik bergantung pada massa dan kelajuan benda.
Gambar 5 menunjukkan sebuah benda bermassa m yang diam pada permukaan licin (tanpa gesekan). Ketika gaya konstan F diberikan selama benda menempuh jarak x, benda akan bergerak dengan percepatan tetap a sampai mencapai kecepatan akhir v. Usaha yang  dilakukan  pada  benda    seluruhnya  diubah  menjadi energi kinetik benda pada keadaan akhir. Jadi, EK = W atau EK W
W = F.s
Persamaan kecepatan pada GLBB
Persamaan perpindahan pada GLBB
Energi kinetik dapat ditulis dengan
Sehingga rumus energi kinetic


Keterangan:
Ek = energi kinetik (J)
M = massa (kg)
V = kecepatan (m/s)
1)      Hukum Kekekalan Energi Mekanik

Dalam proses melakukan usaha, benda melakukan usaha untuk memindahkan energi yang dimilikinya ke benda lain. Energi mekanik terdiri atas energi kinetik dan energi potensial.

Gambar 6. Em Benda dalam bentuk Ep dan Ek dapat diubah menjadi Usaha (Berta Rahardian F, dkk)

Beban yang ditarik sampai pada ketinggian h memiliki energi mekanik dalam bentuk energi potensial. Gambar 6 menunjukkan saat tali yang menahan berat beban digunting, energi berubah menjadi energi kinetik. Selanjutnya, saat beban menumbuk pasak yang terletak di bawahnya, beban tersebut memberikan gaya yang menyebabkan pasak terbenam ke dalam tanah. Beban itu dikatakan melakukan usaha pada pasak.
Dengan demikian, energi mekanik dapat didefinisikan sebagai jumlah energi potensial dan energi kinetik yang dimiliki oleh suatu benda atau disebut dengan energi total. Besarnya energi mekanik suatu benda selalu tetap, sedangkan energi kinetik dan energi potensialnya dapat berubah-ubah. Secara matematis dapat dituliskan :
Gambar 7 menunjukkan Saat beban berada di ketinggian h1, energi potensial gravitasinya adalah Ep1 dan energi kinetiknya Ek1. Saat benda mencapai ketinggian h2, energi potensialnya dinyatakan sebagai Ep2 dan energi kinetiknya Ek2. Perubahan energi kinetik dan energi potensial    benda  adalah  usaha   yang dilakukan        gaya     pada    benda. Dengan demikian, dapat dituliskan:




Gambar 7. Perubahan Ep dan Ek pada saat benda berada
pada ketinggian h1 (Berta Rahardian, dkk)


Pembuatan proposal

Instrumen yang telah valid dari Dewi sasmita pasaribu

Tahap 2
Data hasil wawancara dan dokumentasi ditranskip ke dalam teks naratif

Data hasil angket dianalisis dengan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel

Tahap 4
Tahap 5
Pembuatan laporan penelitian

Dokumentasi suasana pembelajaran fisika di SMAN 2 Kota Jambi

Pemberian Angket kepada mahasiswa dan dokumentasi

Tahap 3
Observasi awal terhadap mata pelajaran fisika di SMAN 2 Kota Jambi
Mencari literatur (buku b.indo & b.ing, jurnal b.ind & b.ing)

Tahap 1
Mengetahui minat dan motivasi siswa terhadap mata pelajaran Fisika di SMA N 2 Kota Jambi

2.2 Kerangka Berfikir

2.3  Penelitian yang Relevan
1.      Ira nofita Sari dalam jurnalnya berjudul “Pengaruh Minat dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galing Kabupaten Sambas” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengaruh minat dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Galing Kabupaten Sambas menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar 0,46 yang berarti bahwa 46% prestasi belajar fisika siswa dipengaruhi oleh minat dan motivasi belajar sedangkan sisanya sebesar 54% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
2.      Leonardus Baskoro Pandu Y dalam penelitiannya berjudul “Penerapan Model Problem Basic Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Komputer (KK6) di SMK N 2 Wonosari Yogyakarta” hasil penelitiannya menunjukkan bahwa prestasi dan aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, dengan peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 4,16% yaitu dari 91 menjadi 95. Pada siklus 2 kategori nilai sangat tinggi siswa meningkat sebesar 11,11% yaitu dari 27 siswa menjadi 30 siswa.














BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
      Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2  kelas X IPS-1 Kota Jambi. Adapun waktu penelitian ini  dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.
3.2 Subjek Penelitian
            Menurut Gumanti dkk (2016 : 186), bahwa populasi adalah sekelompok sesuatu yang menjadi minat peneliti dimana dari kelompok itulah bisa dilakukan penganggapan umum  (generalisasi) atas hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Adapun populasi penelitian ini adalah siswa kelas X IPS SMAN 2 kota Jambi.
Menurut Gumanti dkk (2016 : 187), bahwa sampel adalah subset atau bagian dari populasi yang mencakup beberapa anggota pilihan dari populasi tersebut. Pada penelitian ini digunakan teknik convenience sampling, yaitu pengambilan sampel didasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Sampel sampel diambil atau dipilih karena sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat. Jadi sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPS-1 SMAN 2 Kota Jambi dengan total 30 siswa.
3.3 Data dan Sumber Data
            Sumber data dalam penelitian adalah guru dan siswa kelas XI IPS-1 SMAN 2 Kota Jambi. Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ada dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif.
            Data pada penelitian ini adalah dari instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada yaitu angket dan dokumentasi. Adapun penjelasan dari kedua instrumen tersebut diantaranya :
a.       Angket (kuesioner)
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada sampel penelitian untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini angket akan diberikan kepada seluruh siswa kelas X IPS-1 SMA N 2 Kota Jambi dengan jumlah 30 siswa, untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar siswa dalam pemebelajaran fisika didalam kelas. Pada penelitian ini angket yang diberikan berjumlah 20 pertanyaan dengan 4 kemungkinan jawaban.
b.      Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk menelusuri data historis. Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan berupa foto dan dokumen hasil belajar siswa kelas X IPS 1 SMA N 2 Kota Jambi yang didapatkan ketika observasi awal dan saat pengisian angket.

3.4 Teknik Pengumpulan Data
            Sesuai dengan masalah yang telah diajukan dalam judul penelitian ini, maka data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dan pemberian angket. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan lapangan, transkip, buku surat notulen rapat, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar kelompok siswa dan daftar nilai siswa. Selanjutnya teknik pemberian angket yaitu angket yang diberikan kepada kelas X IPS 1 ditranskip kemudian dianalisis. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi objektif sebagai berikut :
a)      Siswa (sebagai objek) meliputi jenis kelamin dan jumlah siswa
b)      Guru (sebagai pendidik sekaligus motivator)

3.5 Teknik Uji Validitas Data
            Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2016). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Tujuan digunakan validitas isi yakni untuk menguji ketepatan isi dan keabsahan soal sebagai instrumen penelitian sehingga data yang diperoleh dari hasil tes tersebut dapat dipercaya kebenarannya. Analisis skor pada lebar validasi tersebut menggunakan formula Aiken’s V yang dirumuskan sebagai berikut :


Keterangan :
S = r – lo
lo = angka penilaian validitas yang rendah
c  = angka penilaian validitas yang tinggi
r  = angka yang diberikan oleh seorang penilai

3.6 Teknik Analisis Data
       Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif
3.6.1   Analisis Statistika Deskriptif
            Analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan analisa Statistik Deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai kecendrungan data hasil penulisan yaitu dengan jalan menguraikan atau menjabarkan data-data variabel penelitian seperti mean, median range, dan standar deviasi.
3.6.2   Uji Prasyarat Analisis
            Sebelum analisis dilakukan terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat analisis langkah ini pnting karna hasilnya menentukan teknik analisis yang seharusnya dilakukan. Pengujian tersebut meliputi :
a.      Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel yang diambil berdistribudi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Ini penting dilakukan untuk dapat menentukan teknik analisis data yang tepat apakah menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Jika data berdistribusi normal maka digunakan statistika parametrik. Namun jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan statistic non parametrik.
b.      Uji Hipotesis
Perumusan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha) adalah
       Ho  : tidak ada pengaruh penerapan model Problem Basic Learning (PBL) terhadap motivasi belajar siswa pada materi usaha dan energi kelas X IPS-1 SMAN 2 Kota Jambi.
       Ha   : ada pengaruh penerapan model Problem Basic Learning (PBL) terhadap motivasi belajar siswa pada materi usaha dan energi kelas X IPS-1 SMAN 2 Kota Jambi. Apabila taraf signifikan terhitung a < (0,05) maka Ho ditolak

3.7  Indikator Capaian Penelitian
Indikator keberhasilan yang digunakan untuk menentukan bahwa penelitian tindakan kelas sudah mencapai hasil yang diharapkan adalah :
a.       Sekurang-kurangnya 80% dari keseluruhan siswa yang ada dikelas memperoleh kriteria interval peningkatan motivasi belajar 69,33 < 86,67 (sedang)
b.      Minimal 70% dari keseluruhan siswa kelas X IPS-1 SMA N 2 Kota Jambi berpartisipasi dalam pembelajaran fisika
c.       Keterlaksanaan RPP minimal mencapai 80%
Jika berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa sudah memenuhi indikator keberhasilan maka PTK dianggap selesai dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya tetapi jika belum memenuhi indikator. Maka PTK dilanjutkan dengan melakukan perbaikan sesuai hasil refleksi. Namun untuk mendapatkan hasil lebih baik maka dilaksanakan minimal 2 siklus dalam penelitian PTK ini.

3.8 Prosedur Penelitian
       Rancangan penelitian merupakan sebuah ancang-ancang  yang akan dilakukan dalam kegiatan penelitian. Penelitian adalah upaya seseorang untuk mengumpulkan data dan informasi sebanyak mungkin agar dapat menganalisis tentang seluk beluk permasalahan. Rancangan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Class Action Research). Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-ketrampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung didunia kerja atau dunia aktual yang lain, inti dari penelitian ini dalah untuk meningkatkan motivasi belajar fisika siswa kelas X IPS-1 SMAN 2 Kota Jambi.
       Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggrat yang dilaksanakan dalam tiga siklus yaitu terdiri dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Dalam penelitian ini penulis melakukan kerjasama dengan guru bidang studi fisika yang mengajar dikelas yang diteliti. Adapun tahapan-tahapan pada setiap siklus penelitian tindakan kelas sesuai yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.

1.      Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan perlu membuat perencanaan terlebih dahulu, bentuk kegiatan yang termasuk pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:
a.       Mempersiapkan silabus, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menerapkan metode pembelajaran PBL dengan memberikan satu topik masalah dalam kehidupan sehari-hari untuk diselesaikan pada tiap siklusnya sesuai dengan materi yang diajarkan
b.      Membuat kelompok dan menyiapkan segala yang dibutuhkan seperti media (laptop dan gambar) serta memberikan kertas folio perkelompok.
c.       Menganalisis masalah pada materi energi yang telah diberikan guru melalui media seperti video, gambar, atau cerita yang hasil analisisnya ditulis pada selembar kertas perkelompok.
d.      Membahas dan menyelesaikan secara bersama-sama tentang suatu topik masalah dan mengevaluasi materi.
2.      Pelaksanaan tindakan
Setelah semua persipaan tindakan selesai, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Proses pembelajaran dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran fisika kelas X IPS-1 SMA N 2 Kota Jambi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Materi yang diberikan adalah tentang usaha dan energi.
3.      Pengamatan (Observasi)
Langkah selanjutnya yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Observasi adalah cara yang digunakan untuk melakukan penilaian dengan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diamati. Pemantauan terhadap pembelajaran menggunakan lembar observasi yaitu lembar penilaian pengamatan sikap dan lembar penilaian pengamatan keterampilan siswa. Hasil observasi yang diperoleh digunakan untuk perbaikan siklus berikutnya.
4.      Refleksi
Dari hasil observasi yang dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan refleksi. Hasil refleksi akan menentukan apakah tindakan yang dapat memecahkan masalah. Jika hasilnya belum mencapai target yang diharapkan atau masalah yang ada belum terselesaikan maka dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya. Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I yang digunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran pada siklus berikutnya. Tahapan ini bertujuan untuk meningkatkan tindakan yang masih berlanjut.





DAFTAR RUJUKAN
Ni Made Suci. 2008. Penerapan Model PBL Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akutansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. H.77
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali pers
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Aryana, Ida Bagus Putu. 2005. Pengaruh Penerapan Model PBL dipandu Strategi Kooperatif Terhadap Kecakapan Berfikir Kritis Siswa Pada Mata Pelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja. H.650
Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Basic Learning. Jakarta : Kencana

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Hubungan dan pengaruh

Indikator minat

Artikel PTK

Laporan PTK